CARA KERJA CVT PADA SEPEDA MOTOR MATIC TRANSMISSION
Selamat datang pada artikel cara kerja CVT pada sepeda motor matic
transmission. Artikel ini akan membahas keuntungan, konstruksi dan cara
kerja CVT pada sepeda motor matic transmission. Transmisi otomotis
umumnya digunakan pada sepeda motor tipe skuter (scooter), meskipun saat
ini sudah mulai diterapkan juga pada sepeda motor tipe cub. Transmisi
otomatis yang digunakan yaitu transmisi otomatis "V" Belt atau yang
dikenal dengan CVT (Continuous Variable Transmission). CVT tidak
lagi menggunakan roda-roda gigi untuk melakukan pengaturan rasio
transmisi, melainkan menggunakan sabuk (V-Belt) dan vully variable untuk
memperoleh perbandingan gigi yang bervariasi.
Kelebihan CVT dibandingkan jenis Transmisi lain adalah :
- Proses kerja CVT dapat menyesuaikan kondisi pengendaraan dengan putaran mesin agar diperoleh kinerja mesin yang seimbang antara output mesin dengan penggunaan bahan bakar yang ekonomis.
- Teknologi CVT mudah dioperasikan. Pengendara tidak perlu melakukan perpindahan posisi gigi percepatan, cukup dengan menyalakan mesin, kemudian naikkan putaran mesin dengan memutar handel gas dan sepeda motor akan mulai berjalan.
- Pengendara tidak perlu mengatur posisi gigi percepatan yang menyulitkan, yang perlu dilakukan hanya mengatur putaran mesin agar output mesin sesuai dengan kebutuhan.
- Untuk menghentikan saat laju kenderaan, cukup dengan menurunkan putaran mesin dan bila diperlukan mengoperasikan handel rem agar kenderaan berhenti, tidak perlu memindahkan tuas transmisi atau menurunkan posisi gigi kecepatan rendah.
- Perpindahan rasio transmisi yang terjadi secara otomatis dan terus menerus seiring dengan kondisi pengendaraan.
- Meminimalisir kemungkinan terjadinya salah over gigi (miss gear), terutama bagi pengendara yang belum berpengalaman.
- Sepeda motor CVT juga memberikan kenyaman bagi pengendara karena saat proses perpindahan rasio transmisi yang berlangsung secara terus menerus dapat mengurangi efek terjadinya hentakan pada tenaga masin.
Konstruksi CVT
Konstruksi dasar CVT berbasis puli pariable yang bekerja secara mekanis terdiri atas 3 komponen utama yaitu :
Konstruksi dasar CVT berbasis puli pariable yang bekerja secara mekanis terdiri atas 3 komponen utama yaitu :
- Sabuk (V Belt) dari bahan karet
- Puli primer (drive pulley)
- Puli skunder (driven pulley)
Konstruksi CVT terdiri atas duah buah puli pariabel yang diposisikan
pada jarak tertentu dan keduanya dihubungkan oleh sabuk (V Belt). Masing
masing puli terdiri atas dua bagian berbentuk kerucut yang bagian
belakangnya dilekatkan satu sama lain. Puli yang digunakan pada CVT
disebut puli pariabel, dimana salah satu bagian puli dapat bergeser
mendekati ataupun menjauhi bagian puli yang lain. Hal ini disebabkan
pada kedua komponen puli terdapat mekanisme centrifugal dengan pegas
pembalik yang mengatur pergeseran masing-masing bagian puli secara
kontinu berdasarkan tinggi rendahnya putaran mesin. Sebuah sabuk yang
berbentuk V yang terbuat dari bahan karet dipasang di tengah puli untuk
menghubungkan kedua puli. Sisi sabuk bagian dalam dibuat bergerigi,
dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kontak (grip) sabuk terhadap
puli.
Puli primer (drive pulley) dihubungkan lagsung dengan mesin sepeda motor
dan driven pulley (puli sekunder) dihubungkan dengan roda belakang
melalui perantara mekanisme penggerak berupa kopling centrifugal dan
roda gigi reduksi. Sabuk digunakan untuk mengubungkan tenaga putar dari
drive pulley ke driven pulley.
CARA KERJA CVT ADALAH SEBAGAI BERIKUT :
Tenaga kerja mesin diteruskan oleh drive pulley ----> V Belt ---->
driven pulley ----> unit kopling centrifugal ----> roda belakang.
Saat Putaran Mesin Stasioner
Pada putaran stasioner, gaya centrifugal yang terjadi pada sepatu gesek
dari unit kopling centrifugal belum mampu mengalahkan tegangan pegas
centrifugal. Sepatu gesek tidak mampu memutarkan rumah kopling, sehingga
kopling centrifugal belum bekerja. Tenaga putaran mesin yang sudah
diteruskan oleh transmisi berhenti pada unit kopling centrifugal
sehingga sampai keroda dan sepeda motor tidak berjalan.
Saat Putaran Mesin Dinaikkan / Sepeda Motor Mulai Berjalan
Saat putaran mesin bertambah kurang lebih 3000 rpm, gaya centrifugal
yang terjadi pada sepatu gesek sudah cukup besar. Sepatu gesek akan
terlempar keluar dan menggesek rumah kopling. Pada kenderaan ini kopling
centrifugal mulai meneruskan tenaga putaran mesin keroda belakang
sehingga sepeda motor mulai berjalan. sedangkan gaya centrifugal yang
diterima roller pemberat pada drive pulley belum cukup untuk mengalahkan
tegangan pegas pada driven pulley. Hal ini menyebabkan driven pulley
menyempit (menghasilka diameter yang besar). Karena panjang sabuk tetap,
maka drive pulley akan menyesuaikan untuk berada pada posisi melebar,
(diameter kecil). Rasio transmisi besar sehingga menghasilkan
perbandingan putaran yang ringan dan torsi besar.
Saat Mesin Kecepatan Menengah
Pada saat putaran mesin naik hingga kecepatan menengah, gaya centrifugal yang diterima roller pemberat pada drive pulley cukup besar, sehingga roller terlempar keluar, menekan puli geser pada bagian drive pulley untuk bergerak kearah menyempit dan mendorong sabuk kebagian diameter drive pulley yang lebih besar. Panjang sabuk tetap sehingga sabuk pada bagian driven pulley ke posisi yang lebih lebar (diameter mengecil). Keadaan ini membuat rasio transmisi mengecil sehingga laju kecepatan sepeda motor bertambah.
Pada saat putaran mesin naik hingga kecepatan menengah, gaya centrifugal yang diterima roller pemberat pada drive pulley cukup besar, sehingga roller terlempar keluar, menekan puli geser pada bagian drive pulley untuk bergerak kearah menyempit dan mendorong sabuk kebagian diameter drive pulley yang lebih besar. Panjang sabuk tetap sehingga sabuk pada bagian driven pulley ke posisi yang lebih lebar (diameter mengecil). Keadaan ini membuat rasio transmisi mengecil sehingga laju kecepatan sepeda motor bertambah.
Saat Putaran Mesin Kecepatan Tinggi
Jika mesin mencapai putaran tinggi, maka gaya centrifugal yang diterima
roller pemberat pada drive pulley semangkin kuat sehingga roller
terlempar kesisi terluar, semangkin kuat menekan puli geser pada bagian
drive pulley untuk bergerak kearah menyempit dan mendorong sabuk ke
bagian diameter drive pulley yang paling besar. Tarikan sabuk pada
bagian driven pulley akan semangkin besar, menekan pegas driven pulley
untuk menggeser drive pulley ke posisi yang paling lebar (diameter
terkecil). Keadaan ini membuat rasio transmisi semangkin kecil sehingga
laju kecepatan sepeda motor semangkin tinggi.
Pada saat sepeda motor membawa beban berat, berakselerasi dengan cepat
atau saat berjalan menanjak, dibutuhkan torsi yang besar agar sepeda
motor dapat terus melaju. Kondisi yang sering ditemui pada keadaan ini
adalah sepeda motor sedang melaju dengan kecepatan rendah, padahal saat
ini dibutuhkan torsi yang besar. Biasanya pengendara akan berusaha
meningkatkan torsi yang dihasilkan mesin dengan cara membuka katup
lebar-lebar agar putaran mesin naik dan menghasilkan torsi yang besar.
Pada CVT yang bekerja secara otomatis berdasarkan penngaturan putaran
mesin, hal ini akan menjadi kendala. Secara normal, saat putaran mesin
dinaikkan, maka rasio transmisi akan menurun sehingga hal ini justru
akan merepotkan karena torsi yang dihasilkan justru berkurang. Oleh
karena itu, untuk mengatasi kesulitan tersebut, CVT dilengkapi dengan
suatu perangkat yang disebut sebagai kickdown mechanisme. Konstruksi
dari kickdown mechanism terletak pada bagian driven pulley, terdiri
atas alur yang dibuat pada pulli geser dan nok / torque cam yang
ditanamkan pada puli tetap.
Pada saat roda belakang memperoleh tahanan jalan yang besar (diakibatkan
karena sepeda motor sedang membawa beban berat, berakselerasi dengan
cepat, atau saat menempuh jalan mendaki) akan terjadi tarikan yang kuat
oleh sabuk pada bagian driven pulley. Hal ini terjadi sebagai akibat
perlawanan antara tahanan jalan dan tegangan sabuk saat putaran mesin
dinaikkan. Alur pada puli geser tersebut memaksa puli bergeser kearah
penyempitan driven pulley. Dengan demikian diameter driven pulley akan
tetap membesar, dan drive pulley akan tetap pada diameter kecil meskipun
gaya ccentrifugal yang diterima roller pemberat sangat tinggi pada
putaran mesin dinaikkan. Dengan demikian pada kondisi posisi CVT akan
dipaksa pada rasio terbesar, agar memperoleh perbandingan putaran yang
ringan dan torsi yang besar.
Demikianlah artikel dengan judil cara kerja CVT pada sepeda motor matic transmission, semoga bermanfaat bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar